Musisi Pop Era 80an Ini Meninggalkan Jejak Cetak Biru bagi Musik Indonesia
karya musisi pop era 80an hingga kini masih banyak digemari penikmat musik pop Indonesia.
Tak peduli lagu-lagu karya musisi pop era 80an itu merupakan lagu pop Indonesia dirilis tahun berapa.
Selama karya-karya musisi pop era 80an itu easy listen, sudah pasti akan menjadi evergreen song atau lagu yang awet didengar sampai kini.
Walaupun musisi pop era 80an itu telah tiada.
Berikut musisi pop era 80an yang telah tiada dan karya-karyanya meninggalkan jejak cetak biru bagi musik Indonesia.
1. Oddie Agam
Oddie Agam dikenal sebagai komposer, musisi, sekaligus penyanyi pop Indonesia.
Nama Oddie Agam mulai dikenal ketika merilis solo album ke-3, Gadis Sentimentil di pertengahan 1986.
Namun nama Oddie Agam booming ketika lagu karyanya ‘Antara Anyer dan Jakarta’ dibawakan penyanyi pop Malaysia, Sheila Madjid di tahun 1987.
Selanjutnya Oddie Agam banyak diburu arranger, musisi, penyanyi untuk memesan lagu.
Sebut saja ‘Surat Cinta’ dibawakan Vina Panduwinata (1987), ‘Anak Sekolah’ dibawakan Chrisye (1987), ‘Aku Cinta Padamu’ dibawakan Itang Yunasz (1988), dan lain-lain.
Hingga Oddie Agam merilis album-album yang berisi karya-karyanya tetapi dibawakan para penyanyi pop Indonesia.
Album-album itu adalah: Kesempatan (1987), Trendy (1987), dan Oddie Agam (1990).
Memasuki tahun 1990an karier Oddie Agam sudah tidak setenar era 80an.
Sembari membantu Addie MS mengibarkan Twilight Orchestra, Oddie Agam tetap berkarya menciptakan lagu-lagu pop.
Komposer yang pernah menikah dengan aktris Chintami Atmanegara ini meninggal dunia, 27 Oktober 2021 dalam usia 67 tahun akibat penyakit ginjal.
2. January Christy
CIRI khas January Christy adalah warna vokal alto yang berlatar musik pop jazzy.
January Christy lahir 17 Januari 1958, dan sebelum rekaman di Indonesia, pernah rekaman di Jerman Barat.
Debut album January Christy adalah Melayang yang dirilis awal 1986.
Menyusul kemudian album-album January Christy lainnya, Aku Ini Punya Siapa (1987), Mana (1989), Tutup Mata (1991).
Sempat vakum 10 tahun, January Christy kembali merilis album di tahun 2001, Putra Sang Fajar.
Vokalis jazz bersuara berat ini meninggal dunia karena sakit yang dideritanya sudah cukup lama, 16 September 2016.
Baca Juga :
Lagu-Lagu Populer Blink 182 pada Masa Tom DeLonge!
Sejarah Musik Country: Pencipta, Alat Musik, dan Ciri Khasnya
3. Chrisye
Chrisye bisa dikatakan penyanyi, musisi, komposer yang bisa bertahan tiga dekade.
Chrisye lahir di Jakarta, 16 September 1949 dan mulai bermusik sejak masih remaja.
Chrisye bersyukur bertetangga dengan keluarga musisi Nasution Bersaudara di Jalan Pegangsaan Barat, Jakarta Pusat dan kemudian bergabung dengan Sabda Nada yang kemudian berganti nama jadi Gipsy.
Setelah sempat manggung di Amerika bersama Gipsy selama setahun di tahun 1973, Chrisye mulai terlibat rekaman dalam album progresif rock – etnik Bali, Guruh Gipsy di tahun 1975-1976.
Debutnya sebagai solois adalah ‘Lilin-lilin Kecil’ di Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) Prambors 1977, sekaligus sebagai awal kerja sama dengan musisi Yockie Suryoprayogo.
Menyusul proyek album Jurang Pemisah (1977) dan Badai Pasti Berlalu (1977).
Tahun 1978, merilis debut solo albumnya, Sabda Alam yang sukses besar.
Menyusul album-album lainnya yang hampir tiap tahun dirilis: Percik Pesona (1979), Puspa Indah (1980), Pantulan Cita (1981), Resesi (1983), Metropolitan (1983), Nona (1984), Sendiri (1985), hingga album Senyawa (2004).
Akan tetapi karir Chrisye harus berakhir ketika penyakit kanker paru-paru merengut nyawanya, 30 Maret 2007.
Chrisye wafat dalam usia 57 tahun.
4. Utha Likumahuwa
Utha Likumahuwa lahir di Ambon, 1 Agustus 1955. Mengawali karir musiknya sebagai penyanyi di pub musik sejak 1972.
Namun baru menikmati dunia rekaman, saat terlibat rekaman album kompilasi, Lomba Pencipta dan Penyanyi Prambors (1978) membawakan lagu ‘Cita Diri’.
Selanjutnya nama Utha Likumahuwa mulai dikenal di album Nada dan Apresiasi II (1981) membawakan lagu ‘Tersiksa Lagi’.
Tarikan vokal Utha Likumahuwa mencoba mengingatkan pada vokal Gino Vanneli.
Tetapi nama Utha Likumahuwa mulai lebih dikenal lagi tahun 1983 lewat lagu “Esok kan Masih Ada’ di album Bersatu dalam Damai (1983).
Utha Likumahuwa terus mengarungi jagad musik pop, RNB, dan jazzy Indonesia.
Akan tetapi setelah tampil di Palembang, Utha Likumahuwa terserang stroke yang menyebabkan dirinya tidak lagi bisa bermusik.
Hingga akhirnya Utha Likumahuwa meninggal tanggal 13 September 2011.
5. Yopie Latul
Perjalanan karir Yopie Latul nyaris beriringan dengan Utha Likumahuwa.
Nama Yopie Latul mulai dikenal sejak terlibat dalam rekaman album Ambon Jazz Rock di tahun 1983.
Salah satu lagu Yopie Latul yang terkenal di album itu adalah ‘Enggo Lari’.
Namun karir Yopie Latul mulai meroket ketika membawakan karya Guruh Soekarno Poetra, ‘Kembalikan Baliku’ di album Festival Lagu Pop Indonesia 1987.
Sejak itu Yopie Latul mulai terlibat rekaman misalnya dalam grup Tujuh Bintang di tahun 1989 dan 1990 atau bersama Katigas di tahun 1989.
Memasuki era 1990an hingga akhir hayatnya, Yopie Latul lebih banyak rekaman album disco house dan